Adipati Karna, Satriya yang Terasingkan



Bagi pencinta dunia pewayangan, khusunya etos Mahabarata, tentunya tak asing lagi dengan tokoh yang bernama Karna, atau yang sering akrab disebut dengan Adipati Karna.
Ya. .  Karna adalah salah satu tokoh besar yang kisahnya tak bisa dipisahkan dari epos mahabaratha. Menjadi salah satu panglima paling setia bagi kelompok kurawa. Namun bukan berarti Karna memiliki sifat sama culasnya dengan para kurawa yang lain. Jauh dari yang diketahui oleh para pencinta wayang, sejatinya Karna adalah salah satu dari jajaran satriya utama di jagad pewayangan tersebut,

Para pendengar wayang mungkin  telah hapal dengan sifat Karna yang kasar dan tidak pertnah bisa bicara halus kepada orang lain, bahkan kepada Adirata selaku ayah angkatnya. Namun diluar itu, Karna merupakan cerminan satriya yang memiliki kedisiplinan dan loyalitas yang tinggi terhadap junjungannya. Masa lalu yang kelam dan perlakuan diskriminasi pada dirinyalah yang membuat dia lantas berpindah haluan menjadi pendamping setia Duryudana.
Terlahir dari rahim seorang putri terhormat dari kerajaan Mandura, Dewi Kunti Talibrata, namun Karna terlahir tanpa seorang ayah disampingnya. Dewi Kunti mendapatkan kehamilan tersebut secara tidak sengaja dari Bathara Surya. Dewi  Kunti secara tak menggunakan ajian  Pameling Pamekasing Rasa dan mendatangkan Bathara Surya, secara tak sengaja pula, karena terlena akan kecantikan Dewi Kunti, terjadi hal yang diinginkan antara mereka berdua.
Dari hubungan tersebut, Dewi Kunti mengandung seorang anak tanpa melalui proses pernikahan yang sah. Demi menjaga kesucian Dewi Kunti, maka oleh gurunya. Resi Druwasa, proses persalinan Dewi Kunti dilakukan melalui telinganya. Bayi yang terlahir melalui telinga tersebut lantas diberi nama Karna. Demi menjaga wibawa kerajaan Mandura, atas saran dan permintaan Resi Druwasa, Bayi Karnapun akhirnya dilarung disungai Gangga, yang berakhir dengan ditemukan oleh seorang kusir Astina, Kusir Adirata. 
Karna tumbuh dewasa dibawah asuhan Adirata dan Nadha sebagai orang tua angkatnya, selain itu Ramabargawa pun ikut andil dalam hal melatih olah kanuragan bagi dirinya.

Karna terasingkan dari kehidupan kerajaan Hastinapura karena dirinya tumbuh besar dilingkungan keluarga kusir kerajaan. Oleh sebab itulah Resi Durna dan para Pandhawa selalu tidak bisa menerimanya ketika Karna mengajukan keinginannya untuk ikut belajar bersama mereka.
Berada dibawa tekanan dan diskriminasi atas status sosialnya, tak membuat Karna menyesali nasibnya menjadi anak buangan, dia tahu dirinya merupakan keturunan Dewa Matahari, dengan hanya berbekal ilmu yanga ada pada dirinya, Karna berkembang  menjadi salah satu kesatriya pemanah yang kehebatannya bisa disandingkan dengan Arjuna.


Dari semua pangeran dikerajaan Hastinapura, hanya Duryudana lah yang mau mengakui keberadaan dirinya dan memberikan kepercayaan kepada Karna untuk memimpin sebuah wilayah di Awangga, dan memberi gelar kepada Karna, sebagai Adipati Karna.
Penerimaan Duryudana atas diri Karna inilah yang lantas membuat Karna begitu setia mendampingi Duryudana, bahkan saat akan meletus Perang Barathayudha, Karna tetap bersikukuh untuk berada dipihak Kurawa, walaupun ibu kandungnya telah mengatakan identitas diri Karna yang masih terhitung saudara para Pandhawa. Namun semua itu tak merubah Karna beralih pihak kepada Pandhawa. 
Diakhir cerita Karna akhirnya gugur ditangan Arjuna, yang secara dasar masih terhitung sebagai saudara kandungnya.

Karna adalah cerminan seorang kesatriya yang terlupakan keberadaan dirinya, mendapat diskriminasi dari semua pihak mengenai statusnya yang hanya anak kusir kerajaan, selalu mendapat ketidakadilan dalam kesehariannya. Semua hal itulah yang membuatnya menjadi sosok yang kasar dan seolah tak memiliki empati kepada orang lain. Namun, dibalik semua itu, kita bisa belajar banyak hal adri sosok Adipati agung dari negeri Awangga ini, belajar mengenai kesetiaan, tentang perjuangan, dan kekuatan mental untuk tetap berusaha maju walaupun kita dilecehkan oleh oprang disekitar kita. Pengakuan Duryudana atas keberadaan dirinya lah yang membuat Karna rela mempertaruhkan hidupnya untuk tetap berada pada pihak Kurawa.


100% Karya Sendiri
nOT cOPAS
SAlam Semangat!!!!!!!!

Deskripsi Nafsu Manusia dalam Epik Ramayana

Sudah tak diragukan lagi bahwa kesenian Wayang di Indonesia, bahkan ditingkat dunia telah dikenal sebagai kesenian hiburan asli Indonesia yang tak hanya terkenal dari sisi seni dan hiburannya, namun juga terkenal dengan kesenian hiburan yang sarat dengan nilai dan pesan moral yang membangun dan dapat dijadikan sebagai tuntunan dan pembangunan karakter bangsa.
Wayang yang telah akrab dengan kehidupan rakyat Indonesia, masyarakat jawa pada khusunya mulai dikenal setelah dibawakan oleh Sunan Kalijaga ke tanah jawa pada abad terdahulu. Dengan mengangkat cerita-cerita yang diadopsi dari cerita Ramayana dan Mahabarata dari India, Kanjeng Sunan Kalijaga dengan cerdasnya mampu menggubah isi dari cerita epos tersebut yang pada awalnya berisi tentang ajaran-ajaran agama Hindu dan Budha, sehingga sesuai dengan kebudayaan dari masyarakat Jawa yang mayoritas pada saat itu masih dalam keadaan transisi dari agama Hindu Budha menuju ke arah perkembangan agama Islam. Dengan meramu cerita-cerita wayang tersebut Sunan Kalijaga mampu mengenalkan nilai-nilai mulia yang terdapat dalam agama Islam kepada masyarakat Jawa. Adanya kreatifitas dalam meramu cerita-cerita epos tersebut menjadikan cerita pewayangan di tanah Jawa, sedikit berbeda dengan cerita dalam versi aslinya yang berasal dari India, namun tak merubah inti daripada cerita epos Ramayan dan Mahabarata.
Wayang telah terkenal dengan pesan moralnya dalam setiap pertunjukannya. Tak terkecuali juga dengan lakon Ramayana. Dalam cerita ini dikenalkan adanya empat elemen nafsu yang ada dalam setiap diri manusia dalam cerita Ramayana disimbolkan dengan empat putra dari Dewi Sukesi dan Begawa Wisrawa, yaitu Prabu Rahwana, Raden Kumbakarna, Dewi Sarwakenaka, dan Raden Gunawan Wibisana. Keempat elemen nafsu itu antara lain.
  1. Nafsu Amarah.
Nafsu amarah terlambangkan dengan warna merah dan dilambangkan dalam pewayangan dengan tokoh Prabu Rahwana atau Dasamuka. Nafsu berkaitan dengan amarah yang pasti ada dalam setiap diri manusia, jika pribadi seseorang lebih banyak menyelesaikan problem yang ada pada dirinya dengan emosi tinggi maka dapat dipastikan bahwa elemen nafsu amarahlah yang memimpin dalam diri manusia tersebut. Nafsu ini dilambangkan dengan tokoh Prabu Rahwana karena sesuai dengan watak dan karakter Prabu Rahwana yang pemarah dan tidak sabaran dalam menghadapi segala situasi.

Prabu Rahwana
  2. Nafsu Luamah
    Nafsu ini dilambangkan dengan warna hitam dan dalam cerita Ramayana dilambangkan dengan tokoh Raden Kumbakarna. Nafsu luamah ini berkaitan dengan nafsu akan kebutuhan makan dan tidur. Nafsu ini juga sering dilambangkan dengan nafsu yang mewakili keserakahan dan ketamakan. Jika dalam menjalani kehidupannya, lebih mengutamakan kebutuhan “perut” dan tidur, dapat diperkirakan bahwa dalam dirinya nafsu luamah yang memimpin dalam dirinya. Nafsu ini tergambar pada pribadi Raden Kumbakarna karena adik dari Prabu Rahwana ini kesehariannya hanya memikirkan urusan perut dan tidurnya saja.
    Raden Kumbakarna
    1. Nafsu Sufiah
    Nafsun ini terlambangkan dengan warna Kuning dan digambarkan dengan tokoh Dewi Sarpakenaka. Nafsu ini berkaitan dengan nafsu seksual atau kesenangan yang berhubungan dengan syahwat. Dewi Sarpakenaka dijadikan sebagai lambang dari nafsu sufiah ini karena dalam kepribadiannya Dewi Sarpakenaka selalu menggoda laki-laki rupawan yang ada dilingkungan istananya. Pernah sekali dia berusaha menggoda Raden Laksmana yang tak lain adalah adik dari Sri Rama untuk menuruti hawa nafsunya. Namun hal itu dapat dicegah oleh Laksmana dengan cara menampar Dewi Sarpakenaka hingga hidungnya berdarah. Jika dalam menjalani kehidupannya manusia lebih mengutamakan nafsu syahwat maka yang memimpin hatinya adalah nafsu sufiah tersebut.

    Dewi Sarpakenaka

    1. Nafsu Mutmainah
    Nafsu ini terlambangkan dengan warna putih dan digambarkan dengan tokoh Raden Gunawan Wibisana. Nafsu ini merupakan nafsu yang suci atau yang telah bisa dikendalikan oleh pribadi manusia masing-masing, namun jika dibandingkan denganm ketiga nafsu yang lain, nafsu mutmainah ini merupakan nafsu yang sangat lemah daya kendalinya, oleh sebab itu sangat mudah terkalahkan oleh ketiga nafsu yang lain. Jika manusia dalam menjalani hidupnya mampu menahan dirinya dari segala perbuatan buruk, dapat dipastikan bahwa nafsu sufiah ini telah menang dalam mengendalikan hatinya. Raden Gunawan Wibisana dijadikan sebagai penggambaran nafsu sufiah ini karena dalam kesehariannya dia selalu berusaha berbuat baik dan bijak dalam memutuskan suatu persoalan. Oleh sebab itulah dia paling dibenci oleh ketiga kakak-kakaknya yang lain, hingga dia terusir dari Kerajaan Alengkadiraja.

    Raden Gunawan Wibisana

    Itulah penggambaran nafsu dari serat Ramayana, seperti apapun keadaannya, dalam diri manusia selalu ada keempat nafsu tersebut yang selalu berusaha untuk dapat memimpin hati manusia. Tinggal bagaimana manusia yang bersangkutan mengendalikan apa yang ada dalam hatinya.

    100% Karya Sendiri..
    Not Copas..
    Kartika Si Gadis Optimis.

    Duryudana, Sang Pemimpin Kurawa, Pengobar Perang Baratayudha


    Jika dikelompok kita mengenal Yudistira sebagai sulung para Pandawa, sekarang akan kuperkenalkan kepada pembaca yang budiman dan mencintai budaya dari tanah jawa, Sang pemimpin dari kelompok Kurawa, Prabu Duryudana.
    Prabu Duryudana merupakan anak pertama dari Prabu Destarata dan Dewi Gendari, dialah yang menjadi sulung para kelompok Kurawa. Duryudana memiliki sifat yang culas dan selalu kurang senang dengan kehidupan para Pandawa, dalam hidupnya, dia selalu didampingi oleh Patih Sengkuni, yang tak lain adalah pamannya sendiri, adik kandung dari Dewi Gendari dari kerajaan Plasajenar.
    Duryudana dan Sengkuni memang dekat apalagi sejak Duryudana memegang posisi sebagai raja di Negeri Hastinapura, menggeser posisi ayahnya yang sebenarnya masih berkuasa sebagai raja tertinggi di Hastinapura. Duryudana menobatkan dirinya sendiri sebagai pimpinan Hastinapura tanpa mendapat ijin, restu dan persetujuan dari para sesepuh Hastinapura seperti Resi Bisma, Arya Widura dan Prabu Salya.
    Dia semakin bertingah keterlaluan saat para Pandawa berhasil diperdaya sehingga harus terusir dari Hatinapura. Dia kerahkan Hastinapura sesuai dengan keinginannya sendiri, seakan dialah yang benar-benar berkuasa diatas tanah Hastinapura, dengan memanfaatkan kelemahan ayahnya yang tidak memiliki penglihatan yang memadai.
    Dibawah kepimimpinannya, Hastinapura mengalam masa-masa tak secerah pada saat Prabu Pandu masih memegang kekuasaan di kerajaannya.
    Pandawa yang masih memiliki hak atas tanah Hastinapura seringkali datang ke Hastinpura untuk meminta hak mereka, paling tidak setengah dari kerajaan peninggalan ayah mereka. Oleh karena itu  tak jarang BIma, Arjuna , Nakula, Sadewa dan Kresna berkali-kali datang sebagai duta bagi Puntadewa untuk meminta separuh dari kerajaan Hastinapura.
    Namun puncak daripada kecurangan Duryudana adalah tantangan perang yang dilayangkan kepada Pandawa .
    Duryudana tewas ditangan Bima pada perang yang telah direncanakannya sendiri.

    100% karya sendiri
    NOt COpas
    Salam Semangat!!!
    Kartika SI Gadis Optimis.

    Pandawa, Lambang Keluhuran di Jagad Pewayangan

                                                                       
    Pandawa dalam jagad pakeliran merupakan tokoh wayang bersaudara yang sangat terkenal akan kisah dan perjalanan hidupnya, mulai dari karakteristik pribadi dari masing-masingt tokohnya, garis keturunannya, kehebatannya, keahlian dalam memainkan berbagai senjata dan pesona dari masing-masing tokoh para Pandawa seolah tidak bisa dipisahkan dari setiap kisah di pewayangan.

    Para putra dari keturunan Prabu Pandu Dewanata ini seakan benar-benar menjadi icon tentang sosok pahlawan yang selalu berusaha menegakkan darma kebenaran dan keluhuran, tak heran kiranya jika disetiap lakon pewayangan, hampir selalu dalang menggunakan tokoh para Pandawa ini sebagai lakon yang selalu berusaha melawan perbuatan dari para sepupunya ,Kurawa.

    pandawa dalam versi wayang golek 

    Pandawa dalam kisah pewayangan di gambarkan terdiri dari 5 bersaudara yang terdiri atas si sulung ,Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula , dan Sadewa.
    Yudistira, Bima dan Arjuna merupakan putra dari Prabu Pandu dan Dewi Kunti, sedangkan Nakula dan Sadewa merupakan putra kembar dari Prabu Pandu dan Dewi Madrim.

    walaupun mereka terlahir dari rahim ibu yang berbeda, namun kekompakan dan kasih sayang dari mereka berlima tak bisa dipisahkan oleh apapun, Yudistira sangat menyayangi ke empat adik-adiknya, sedangkan saudaranya yang lain selalu menghargai Yudistira sebagai panutan sekaligus pemimpin mereka dalam segala keadaan apapun. Dia memiliki istana di Negerinya Amarta. Yudistira memiliki beberapa nama, antara lain Puntadewa, dan Samiaji

    Yudistira

    Bima, walaupun dari keempat saudaranya yang lain merupakanj pandawa yang terkenal kasar, dan tidak bisa berbicara secara halus, namun cintanya pada keluarga dan saudara-saudaranya tidak perlu dipertanyakan lagi. Bima yang memiliki nama lain Bratasena, Wrekudara dan Bima Sena, merupakan kesatria sejati yang tak pernah suka berbasa basi dalam mengutarakan sesuatu. Dia tak pernah mau berbicara dengan bahasa halus dengan orang lain, kecuali ketika berguru dengan Dewa Ruci. Bima berkuasa di Negerinya yang bernama Jodhipati, Bima memiliki keahlian dalam memainkan segala jenis senjata, terutama Gada ,selain itu, senjata lain yang juga sangat terkenal darinya adalah Kuku Pancanaka yang selalu ada di ruas jarinya.
      Bima

    Arjuna, merupakan ketiga pandawa yang memiliki anugerah wajah yang sangat tampan, di perkirakan tercatat lebih dari 14 wanita telah menjadi istrinya, Namun, dia bukanlah tipe kesatriya yang senang mengumbar kesenangan kepada setiap perempuan yang ada di Arcapada (sebutan bumi di dunia pewayangan), dia hanya kesatriya yang tidak bisa menolak setiap perempuan yang memohon untuk dijadikan sebagai istrinya disetiap persinggahannya dalam pengembaraannya. Arjuna walaupun memiliki ketampanan yang melebihi seluruh saudaranya, namun dia tak pernah sekalipun membanggakan apa yang ada pada dirinya, dan memandang rendah saudaranya yang lain. Arjuna justru menganggap apa yang ada pada dirinya sebagai cobaan yang mungkin dapat membuatnya menjauh dari jalan darma. Kesatriya yang bermukim di Istananya di Negeri Mandukara ini memiliki kemampuan dan keahlian dalam bermain panah dan keris, Arjuna memiliki nama lain, seperti Permadi, Arjuna, Kandhi Wretnala, Begawan Ciptaning Mintaraga dll
     
    Arjuna
     
    Nakula, merupakan putra pertama dari Dewi Madrim dan Prabu Pandu, Nakula memiliki saudara kembar yang bernama Sadewa, kedua tokoh wayang ini walaupun tidak terlalu terkenal dibandingkan ketiga saudaranya yang lain, namun keahliannya dalam memainkan segala jenis senjata, terutama keris, tidak perlu dipertanyakan lagi. Nakula selalu berusaha untuk melindungi adik kembarnyam Sadewa dalam keadaan seperti apapun, kasih sayang Nakula kepada Sadewa terbukti saat Sadewa menghilang karena diculik oleh Bethari Durga dalam lakon Sudamala, saat itu Nakula seorang diri segera menyusul adiknya ke tempat Bethari Durga dan berusaha untuk menolongnya.
     
    Nakula

    Sadewa merupakan saudara Pandawa yang terakhir, dia merupakan saudara kembar dari Nakula,. dan merupakan putra kedua dari Dewi Madrim dan Prabu Pandu Dewanata.
    Sadewa dan Nakula merupakan tokoh pandawa yang sangat dekat dengan kakak sulung mereka, Yudistira, hal ini terbukti bahwa mereka mau mengikuti kemanapun Yudistira pergi, termasuk saat Yudistira dan para pandawa yang lain kembali terperdaya oleh Bujukan Kurawa, sehingga harus menjalani 13 tahun pengasingan dan terusir dari negerinya sendiri ,Hastinapura.
    Nakula dan Sadewa memiliki istana dan kesatriyan di Negerinya Sawojajar.

    Sadewa

    Melalui para Pandawa, kita dapat belajar tentang pentingnya kerukunan, kekompakan, dan kasih sayang diantara saudara kita yang lain. Pentingnya kebersaam dengan saudara disaat kita berada diatas ataupun saat kita sedang tersiksa dibawah. Karena hanya dengan saudara kita mampu melakukan sesuatu yang awalnya terasa mustahil bagi kita, melakukan banyak hal yang awalnya tak pernah terpikirnya dalam benak kita. Seperti saat kemenangan Pandawa yang berjumlah 5 orang yang mampu mengalahkan para Kurawa yang berjumlah 100 orang dalam perang akbar Barahayudha.


    100% karya sendiri..
    Not Copas...
    Salam Semangat!!!
    Kartika Si Gadis Optimis.





     

    Dewi Amba, Putri Kesatria dari Giyantipura

                                                                    
    Dewi Amba merupakan tokoh pewayangan yang berasal dari Negeri Giyantipura,Dia merupakan putri sulung dari Prabu Darmahambara. Dewi Amba memiliki dua saudara kembar ,bernama Dewi Ambika dan Dewi Ambalika. Berbeda dengan putri kerajaan yang pada umumnya lebih suka berada di Istana, Dewi Amba lebih suka berpetualang keluar istana dan kembali lagi beberapa lama kemudian, dari segi penampilannya pula, Dewi Amba lebih suka berbusana layaknya kesatria pria yang lebih banyak membawa panah dan berkuda, namun kecantikan Dewi Amba bisa dikatakan mengungguli dari semua saudaranya.
    Kisah hidup Dewi Amba terbilang tragis, karena harus terbunuh secara tak sengaja justru ditangan orang yang dicintainya, Raden Dewabrata, nama lain Resi Bisma saat masih muda.
    Diceritakan bahwa dahulu, Raden Dewabrata dan para rombongan dari Negerinya Hastinapura, tengah mencarikan permaisuri bagi kedua adiknya, yaitu Prabu Citranggada dan Raden Wicitrawirya yang kala itu tengah duduk sebagai Raja tertinggi di Hastinapura.
    hingga sampailah romobongan Dewabrata di Negeri Giyantipura, yang kala itu juga sedang mencarikan jodoh bagi kedua puyri Raja Darmahambara Dewi Ambika dan Dewi Ambalika, sedangkan Dewi Amba sendiri telah dijodohkan oleh ayahnya dengan seorang Raja dari bangsa JIn di negeri lain.
    Selama beberapa hari berada di istana Giyantipura baik Dewabrata dan Dewi Amba merasa bisa dekat dan akrab satu sama lain. Dewi Amba secara perlahan mulai memiliki rasa simpati yang besar terhadap keberadaan Dewabrata dan menaruh harapan agar kelak mampu menjadi pendampingnya, sedangkan bagi Dewabrata sendiri, walaupun juga memiliki ketertarikan yang sama pada Dewi Amba, namun masih berusaha agar hubungannya dengan Dewi Amba tak lebih dari sekedar persahabatan, walaupun dalam hatinya juga ada perasaan ingin selalu dekat dengan Dewi Amba,walaupun hanya sebatas melihat sorot matanya. Namun mengingat bahwa Dewabrata telah bersumpah untuk tidak menikah agar tak ada keturunannya yang mampu mengambil tahta atas Negeri Hastinapura.
    Puncaknya adalah saat Dewabrata akan kembali ke Hastinapura untuk membawa Dewi Ambika dan Ambalika untuk dijadikan permaisuri di Istana Hastinapura, ditengah jalan Dewabrata dihadang oleh Dewi Amba yang menginginkan agar turut dibawa serta ke Hastinapura. Memohon, bahkan menangis agar dirinya juga bisa ikut ke Hastinapura dan agar bisa selalu dekat dengan Dewabrata. Situasi yang cukup membuat gugup Dewabrata, karena tak biasanya dia harus berurusan dengan perempuan yang menangis.
    Namun Dewi Amba yang diluar kendali serta merta turun dari kudanya dan memeluk Dewabrata, sambil tetap menangis memohon agar diajak serta ke Hastinapura, namun Dewabrata yang benar-benar gugup serta merta mendorong Dewi Amba hingga jatuh ketanah yang berbatu. Sempat mengambil anak panah yang ada di pelana kudanya, DEwabrta lantas mengarahkan panah tersebut ke arah Dewi Amba dengan maksud menakut-nakuit agar Dewi Amba tak memaksanya lagi, namun hal itu tak mengecilkan nyali Dewi Amba, dengan keberanian yang tersisa, dia hampiri busur anak panah yang mengarah padanya. Situasi yang membuat Dewabrata bertambah gugup dan panik, hingga tanpa sengaja dia lepaskan busur yang terentang itu ke arah Dewi Amba, dan tepat mengenai dadanya. Seketika itu Dewi Amba tewas!!
    kecelakaan yang tanpa sengaja menewaskan Dewi Amba, seorang puteri Kesatria yang justru telah mengisi hati Dewabrata.
    kisah tragis dua tokoh wayang yang mampu memberikan pelajaran pada kita tentang pentingnya sikap kesetiaan pada orang yang menyayangi kita dan menganggap keberadaan kita begitu berharga bagi pribadinya.

    100% karya sendiri..
    Not Copas..
    Salam Semangat!!!
    Kartika Si Gadis Optimis

    Sahabat, Sosok Penguat Diluar Diri Kita


    Sahabat. . . .
    siapa yang tak pernah mendengar satu kata ini, sebuah kata sederhana, singkat, namun memiliki arti yang tidak sesederhana wujudnya. . .
    merekalah keluarga kedua kita saat kita ada diluar, merekalah saudara kita saat kita jauh dari sanak dan kerabat, mereka tempat kita bersandar kita saat keluarga orang-orang terdekat kita tidak merasa cocok dengan kita. .
    disadari ataupun tidak, manusia muda saat ini lebih banyak mempercayai sahabat mereka dalam berbagi sesuatu yang  bersifat lebih personal daripada membaginya dengan orang lain. Tanpa bermaksud mengesampingkan peran keluarga dan saudara dalam tulisan ini, hanya saja terkadang memang benar adanya jika sosok sahabat lebih memiliki tempat dan kepercayaan di hati kita.

    Tak ada yang dapat menyangkal bahwa terkadang sahabat lebih mampu menenangkan kita di saat pihak lain terlalu menekan dan menghakimi kita akan suatu hal, tak ada yang membantah bahwa terkadang sahabt lebih bagaimana harus berlaku adil pada diri kita saat pihak lain membiarkan kita ada bertahan dalam keadaan terdeskriminasi dengan orang, tak ada yang tak pernah merasakan bahawa terkadang sahabat lebih tahu bagaimana cara menunjukan kasih sayang, dan perhatiannya kepada kita saat keadaan kita sedang tidak bisa mengatakan apa yang saat itu kita rasakan. 


    senyumnya terkadang mampu mengembalikan kepercayaan kita disaat kita kehilangan harapan, suaranya terkadang mampu menghidupkan keoptimisan kita saat harapan tak berpihak kepada kita, nasehat dan hiburannya terkadang mampu menguatkan diri kita saat kita merasa bahwa beban kita terasa berat, Dia bisa menjadi sandaran saat kita jauh dari orang tua dan saudara, Dia bisa menjadi tempat kita bicara saat yang lain tak percaya atas apa yang kita ungkapkan.
    memberikan kita kepercayaan saat kita mulai hilang keyakinan, mengembalikan senyum kita saat yang ada hanya duka dan keputus asaan, meyakinkan kita saat kita kehilangan keyakinan pada diri kita sendiri, dan memberi gambaran tentang indahnya masa depan kita saat kita sendiri merasa bahwa masa depan kita telah gelap.


    tak heran kiranya jika terkadang mereka lebih mendapat tempat dihati kita jika dibandingkan dengana teman2 yang lain, 
    untuk itu hargailah kesetiaan mereka terhadap kita, jika mereka mengkhianati kita, jangan selalu menvonis mereka dengan alasan mereka bersalah, terkadang memang kita yang harus melihat kedalam diri kita dahulu sebelum mengatakan mereka bersalah atas penghianatan mereka.
    cintai sahabatmu layaknya kamu mencintai saudaramu, karena tanpa mereka, kamu pun tak akan mendapat tempat disekitar orang lain, karena tanpa mereka juga kamu mungkin tak akan belajar tentang kemandirian saat kita mulai hidup diluar keluarga kita.


    100% Karya sendiri..
    Not Copas. . .
    Salam Semangat!!!!
    Kartika Si Gadis Optimis.. ^.^ ^.^

    Resi Bisma, kesatria utama dari Hastinapura

    Resi Bisma yang memiliki nama Dewabrata saat mudanya, merupakan salah satu kesatria utama dari negara Hastinapura, dia merupakan putra dari Raja Prabu Sentanu dan Dewi Jahnawi. Hanya saja sejak lahir Bisma atau Dewabrata tidak pernah mengenal siapa Ibu kandungnya. Dia dibesarkan dengan kasih sayang dari Ibu angkatnya yang bernama Dewi Durgandini, seorang putri yang menjadi istri seorang Begawan bernama Palasara. Sejak kecil Bisma tak pernah mengenal kasih sayan dari seorang Ibu kandung. gambaran ibu bagi bisma dia dapatkan dari cerita ayahnya, Prabu Sentanu yang mengatakan bahwa ibunya adalah seorang putri jelita keturunan bangsa dewa yang memiliki nama asli Betari Gangga yang menjejaki jalan kematiannya dengan terjun ke sungai Gangga sesaat setelah melahirkan dewabrata alias bisma.
    salah satu yang terkenal dari tokoh wayang ini adalah, sumpahnya yang tak akan mengambil haknya atas tahta Hastinapura,kendati dialah putra mahkota yang paling berhak, juga sumpahnya yang tak akan menikah dan menyentuh perempuan seumur hidupnya agar tak ada keturunannya yang bisa menuntut tahta dari kerajaan Hastinpura. Sumpah itu terucap sebagai bentuk hormatnya kepada Dewi Durgandini yang menginginkan agar anak kandungnyalah yang menjadi raja di singgasana Hastinapura. Sumpah yang mampu merubah jalan hidup Bisma, sumpah itu pulalah yang menyebabkan Bisma tanpa sengaja menewaskan Dewi Amba,seoran putri kesatria dari negeri Giyantipura yang sempat dicintainya. 
    perjalanan tokoh ini sangat panjang dan fenomenal, Perang Akbar Baratayudha yang dikobarkan Duryudana,sulung Kurawa merupakan perang antarsaudara yang sangat disesalkan sekaligus ditunggu seumur hidupnya. karena melalui perang itulah Bisma berkesempatan menempuh jalan kematiannya, rela mati di tangan Srikandi, seorang putri kesatria dari Cempalareja. tak ada yang menyadari bahwa semua yang ada pada diri Srikandi mirip dengan Dewi Amba.
    seluruh pribadi Bisma menjadi inspirasi tersendiri bagi Pandawa bersaudara yang terhitung masih menjadi cucunya.tak ada yang tau kedalaman hati dan pikirannya,yang masih tetap setia menjaga cintanya untuk mendiang Dewi Amba,dan mengagumi secara diam2 sosok Raja Dwarawati, Prabu Kresna. Di perang Baratayudha itulah Bisma tewas secara terhormat sebagai seorang kesatria,sbg panglima perang,sbg satu2nya tokoh wayang yang menghabiskan seluruh hidupnya demi pengabdian, dan sebagai teladan luhur bagi Pandawa dan Kurawa.

    100% karya sendiri... Not Copas
    Salam Semangat!!!!
    Kartika Gadis Optimis,.,.